Selasa, 29 Juli 2008

UJIAN BAGI SETIAP PENGAKU PENCINTA AHLUL BAIT NABI SAWW

UJIAN BAGI SETIAP PENGAKU PENCINTA AHLUL BAIT NABI SAWW

Hikmah tausiah Isra’Mi’raj kemarin malam: Kesucian hati&jiwa. Pencapaian maqam ini memerlukan tiang-tiang penyangga yaitu : Taqwa. Unsur utama dalam Taqwa adalah taat. 

Pertanyaan:
Mengapa Allah memerintahkan kita untuk taat (walaupun tidak mutlak, tetapi sangat tegas penekanannya) terhadap sesuatu yang memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk melakukan kesalahan? Misal terhadap Orang tua dimana kita tidak boleh menyatakan “ah” kepada mereka.

Kecintaan kepada Ahlulbait SAWW meniscayakan kecintaan kepada segala sesuatu yang berbau Nabi SAWW seperti: Makamnya, Rambutnya, pedangnya, sorbannya, bekas tapak kakinya, dll.

Menurut yang dijelaskan Ust.Ali Umar dalam buku keutamaan dan tanggung Jawab Keturunan Nabi Muhammad SAWW, Al Qurba memiliki arti kerabat, yang bermakna memiliki hubungan Darah dengan Nabi. Dan Mereka (Al Qurba) Wajib dicintai sebagai bentuk upah dari kita (Umat Nabi) kepada Nabi atas penyampaian RisalahNya sesuai perintah Allah SWT dalam Al Qur’an. Dengan penafsiran ini, Al Qurba mencakup Para Sayyid. Berarti masalah kecintaan terhadap sayyid adalah hal yang terang dan jelas.

Yang menjadi masalah :
Yang memberi jalan bagi Harun Al Rasyid sehingga Imam Musa Al Kadzim dipenjara adalah Anak dari sepupu Imam Musa Al Kadzim as.

Yang Merampas harta Imam Hasan Al Askari adalah Sepupunya Sendiri

Yang kesana kemari mengkampanyekan perang terhadap Syiah di Indonesia adalah Sayyid (Thohir Alkaf, dll)

Yang Memerangi Nabi SAWW adalah Pamannya sendiri.

Ada perbedaan yang menyolok dalam mencintai simbol-simbol Nabi SAWW. Bertabarruk terhadap simbol-simbol tersebut juga tidak sama. Bertabarruk kepada Makamnya, Rambutnya, pedangnya, sorbannya, bekas tapak kakinya, dll sangat mudah. Asal kita mau kita bisa bertawassul dan berziarah ke Makam beliau sudah bisa. Apalagi kalau kita punya uang, kita bisa bertabarruk ke Rambut, pedang, dll peninggalan beliau yang tersisa. Begitu juga bertabarruk dengan bertabarruk atau bertawassul kepada A’immah Ahlul Bait. sangat mudah.

Umat Islam sepakat dan tidak ada yang berbeda pendapat dengan kitab al Qur’an. Tidak ada satupun muslim yang berani mengatakan bahwa Al Quran salah atau tidak adil, dll.

Kenapa mereka berbeda pendapat dengan Ahlulbait yang merupakan persamaan Al Qur’an? Missal: Imam Ali dalam perang Shiffin, Imam Husain di Karbala, Imam Hasan yang berdamai dengan Muawiyah, Dll.

Bahkan Rasulullah dalam Hudaibiyah, Perang Uhud, dll.

Salah satu jawabannya adalah karena al Qur’an adalah kitab yang diam. Sebuah kitab terserah setiap orang yang membacanya untuk menafsirkan. Dia tidak akan pernah protes. Lain halnya dengan Al Quran yang hidup, yang bisa berbicara, yang bisa protes, yang bisa mengeksekusi.

Inilah yang menyebabkan timbulnya perbedaan di kalangan umat Islam. Karena ketika Al Quran ditafsirkan bukan oleh yang ahlinya, maka akan timbul banyak pendapat yang berbeda sesuai dengan kadar akal, ilmu dan kepentingan si penafsir. 

Yang lebih berbahaya lagi ketika si penafsir adalah orang yang dikuasai oleh egoisme & kepentingan (merasa paling tinggi, paling berilmu, paling baik, dll). 
Egoisme (cinta dunia) membuat orang dalam memilih perantara menuju Allah, lebih menyukai melalui simbol-simbol yang mati.

Kalau yang pertama tadi karena kebodohan sehingga kalaupun terjadi penyelewengan tidak terlalu berbahaya. Tapi yang ini jauh lebih berbahaya.

Berarti, untuk mencapai sebuah penafsiran yang tepat terhadap ayat-ayat Allah, baik yang termaktub di dalam al Qur’an maupun yang tampak di semesta alam, diperlukan kesucian jiwa. Untuk pengembangannya, menguraikannya pada orang lain, diperlukan Ilmu, Taqwa,

Kesimpulannya: setiap orang yang mengaku sebagai umat Muhammad SAAW. dan mengharapkan Syafaat beliau kelak, wajib menghilangkan egoisme pribadinya ketika dirinya menyatakan untuk berkhidmad kepada Allah

Ujian terbesar terkait sesuatu yang wajib dicintai, Kalau A’immah tidak melakukan kesalahan. Tapi para sayyid, adalah sesuatu yang hidup yang sering kali berbeda pendapat dengan umat dimana mereka seringkali berada pada posisi salah. Bahkan bughot kepada Ahlul bait.

Bagaimana kita menghadapi ini?
Keimanan Para Pengaku pencinta ahlul Bait sedang di uji. Yang berhasil memilahnya akan berhasil. Yang tidak mampu memilah dan menempatkannya dengan tepat akan gagal.