Kamis, 07 Agustus 2008

"Haul Akbar" TUAN TUNGGANG PARANGAN

I. Dalam naskah Sisilah Kutai yang ditulis dan diketemukan di Tanah Kutai memuat data-data histories, juga dihiasi pula dengan lagenda dan mitos yang biasa melekat pada riwayat raja-raja.Nama Tunggang Parangan, Seorang mubaliq yang mensiarkan agama Islam dise3but-sebut dalam naskah tersebut. Kelihatannya para peneliti dan penulis belanda tempo dulu dalam tulisannya pada umumnya mengacuh dan bersumber kepada naskah silsilah kutai yang ada.antara lain : Contatinus Alting Mees : “De Kroniek van Koetai” Proefschrift, 1935.

II. Menurut Ahmad Dahlan (D.Adham) dalam bukunya” silsilah Kutai “ 1980, Bahwa silsilah Kutai ditemukan dalam beberapa naskah sebagai berikut ini.
a.Naskah silsilah Kutai, asli bertulisan hurup arab, menurut Dr.W.Kern naskah ini ditulis oleh tuan Chatib enci Muhammad Tahir, selesai ditulis pada tanggal 30 Rabiul awal 1265 H (dikutip oleh CA.Mees dalam Proefschrift / desertasinya 1935 ) 
b. Naskah silsilah Kutai, yang ditulis oleh Awang Lambang keturunan dari Maharaja Sakti –Saudara Maharaja Sultan, Raja Kutai-(dikutip oleh Dr.W Kreen dalam bukunya 1956 ). Diantara kedua naskah ini terdapat perbedaan sebagai berikut: menurut naskah Muhammad Tahir, muballiq Tuan Tunggang Parangan datang kekutai pada masa raja makota ( D.Adham : 1545-1610), sedangkan menurut naskah Awang Lambang adalah pada masa maharaja Sultan ( D.Adham : 1360-1420 ) melihat kepada tari yang disusun oleh D.Adham ini terdapat selisih tahun pemerintahan kedua raja tersebut : 125 tahun, lebih dari satu abad. 
c. Dr.W.Kreen dalam bukunya “ commentar Op De silsilah van kutai “ 1956, Menemukan 8 naskah silsilah kutai waktu mengadakan penelitian tahun 1940 dan 1941 di samarinda dan tenggarong 

 III. Adapun mengenai tahun masa pemerintah raja mahkota terdapat beberapa perbedaan sebagai berikut .
1. Yang dikutip dari memory Kutai dan yang dimuat oleh kementerian penerangan halaman 417 ( D.Adaham ) : Aji Makota mulia Islam: 1525-1600
2. Eisenberger yang dikutip oleh Ami Hassan kiai Bondan penghubung Op.Cit, p.69-74 (D.Adham) : Raja Makota: 1565-1605 
3. Menurut Drs.H.Ahmad Dahlan ( D.Adham ) : Raja Makota: 1545-1610
4. Sejarah pemerintahan di Kalimantan Timur dari masa kemasa ( dasar SK Gubernur No. No. 331 Tahun 1989 ) diterbitkan oleh Pemda Propinsi Dati I Kaltim, Tahun 1990 :
Aji Raja Mahkota Mulia Islam : 1525-1600
5. Geslachtlyst Van Koetei’s Vorstenhuis, 1886 ( Lampiran De Kroniek Van Koetai ) :
Raja Makoetaa : 1600  
6. Buku : East Kalimantan oleh Jeremy Allan and Kal Muller diterbitkan oleh Time Editions, Singapore, Tahun 1988.
Halaman 28 :
1565 - Inhabitans of kartanegara rapidly convert to Islam through the effort of Tunggang Parangan and Ri Bandung Ri Bandang, two Muslim from Java.
Dari uraian diatas mengenai masa Pemerintahan Sultan Makota dapat dirumuskan kedalam 3 (tiga) kelompok tahun sebagai berikut :

A. 1525 – 1600
B. 1565 – 1610  
  (urutan tahun pemerintahan raja-raja kutai tidak lengkap)
C. 1545 – 1610

  Dipersoalkan oleh Oemar Dachlan dalam tulisannya berjudul :“Kapan Mulai Masuknya Islam di Kutai”. (1972) Menurut C.A. Nees dalam desertasinya untuk mengambil Doctor pada Rijksuniversiteit di Leiden, negeri Belanda tahun 1935, bahwa pengislaman di Kutai adalah pada akhir abad ke – 16, jatuh pada sekitar tahun 1575 ( De Kroniek Van Koetai hal. 54 ).
Menurut hasil penelitian pusat studi sejarah, kebudayaan dan pariwisata lembaga pendidikan UNIKARTA Tenggarong, sebagai Patokan dapat diambil kesimpulan sementara bahwa Islam diterima di Kutai tahun 1604 atau abad Ke XVII yang jika dihitung telah berusia 4 abad atau sekitar 403 tahun.

IV. Dua penulis yakni Constantinus Alting Mees dalam Proefschrift / desertasinya berjudul ‘’ De Kroniek Van Koetai’’ 1035 dan D. ADHAM ( Drs. Ahmad Dahlan ) dalam bukunya, Salasilah Kutai’’ 1980, menjurus pada sumber yang sama yakni dari Silsilah Kutai yang ditulis oleh Tuan Chatib Encik Muhammad Tahir, tahun 1265 H.
  Dalam kedua tulisan itu memuat dialog antara Raja Kutai, Raja Makota dengan Tuan Tunggang Parangan, yang kemudian Raja tersebut memeluk agama Islam. Selanjutnya keperkasaan Raja Kutai cucu Raja Makota yakni (Aji) Ki Jipati Jayaperana bergelar Pengeran Sinum Panji Mendapa menyebar luaskan pengaruh Islam dan menaklukkan Kerajaan Hindu Martapura.
  Menagacu kepada urain di atas maka masuknya agama Islam ke Kerajaan Kutai yang dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan dan Tuan di Bandang adalah pada masa pemerintahan Raja Makota. ‘’Nadat Raja Makota enige tijd deregering aanvaard had, trof hem de besteiring van Allah de Allerhoogste. Toentertijd kwamen te Koetai twee Mohammedanen, genaamd toen di Bandang en Tuan Tunggang Parangan’’. (halaman 52 De Kroniek Van Koetai).

V. Masuknya Islam ke tanah Kutai adalah pada masa pemerintahn Raja Makota, Raja Ke VI dari urutan Raja-Raja Kutai Kartanegara. Dialog antara Tuan Tunggang Parangan dengan Raja Kutai Raja Makota adalah sebagaimana dikutip dari surat Salasilah Raja-Raja Kutai, diselaisaikan oleh Tuan Chatib Muahmmad Tahir pada Hajrat Nabi Salla’llahu’alaihi wasallama 1265 pada tahun wau dan pada 30 hari bulan Rabi’ul awal hari Jum’at lepas Ba’da, sebagai berikut ini.
  Selang beberapa lama menjadi Raja, maka Raja Makota memperoleh hidayah dari Allah Ta’ala dengan kedatangan aulia Tuan Tunggang Parangan dan Tuan di Bandang Mangkasar. Kedua Aulia ini datang ketanah Kutai setelah mengislamkan orang di Mangkasar.
  Setelah beberapa waktu lamanya berada di Kutai, terbetik kabar bahwa orang mangkasar berbalik kafir, maka Tuan di Bandang kembali Ke Mangkasar, meninggalkan Tuan Tunggagang Parangan yang tetap tinggal di Kutai.
  Dinamakan Tuan Tunggang Parangan karena tatkala datang di tanah Kutai di Tepian Batu Jahitan Layar, ia menunggang Jukut Parangan (hiu parangan) yang membuat orang banyak yang melihat takjub keheran-heranan, lalu ia langsung masuk kedalam istana bertemu dengan Raja Kutai Raja Makota. 
  Kepada Raja Makota ini ia berkata : 
  ” Adapun patik datang kemari hendak membawa Raja kepada jalan yang suci, Raja di ridhoi Allah Ta’ala memerintah hamba Allah, karena Raja itu baying-bayang Allah Ta’ala, agar menjadi Raja di dunia dan Raja juga di akhirat.
  Hendaknya Raja masuk Islam, karena orang Islam kalu ia mati mendapat surga, apalgi kalau ia Raja adil seperti endika. Adapun kafir itu tidak baik yang makan babi, jikalau mati di masukan Allah Ta’ala kedalam dan menjadi belaman api neraka.
  Raja Makota menjahut : ” Tuan itu katanya orang Islam, apa keperkasaannya, namun keperkasaan say kalah oleh Tuan, maulah saya menurut perkataan tuan. Jikalau saya tidak kalah, maka tidaklah saya mau menurut’’.
  Maka kata Tuan Tunggang Parangan : ’’Baiklah, apa keperkasaan endika keluarkanlah’’
  Kata Raja Makota : ’’ Tuanku carilah saya, saya hendak menghilang’’ lalu Raja Makota gaib dan menghilang, seraya berkata : ’’ carilah saya Tuan ’’.
  Segera Tuan Tunggang Parangan bergeser tiga belas langkah dan berkata : ’’ Patik berada dibelakang Raja ’’. Maka Raja Makota menoleh kebelakang, dilihatnya memang benar Tuan itu berada dibelakangnya.
  Berkata pula Raja Makota : ’’ Ada lagi satu keperkasaan saya, kalu saya kalah sekali ini menurutlah saya akan perkataan Tuan itu ”. Disahuti oelh Tuan Tunggang Parangan : ’’ Baiklah ’’. Maka dibawnya Tuan itu keluar istana diiringi orang banyak dan berkata : ’’ Lihatlah keperkasaan saya ini ’’. Lalu Raja Makota dihadpan orang banyak sedekap siku tunggal menutupi bebahan songo, maka tercipta api berkobar. Semakin tidak terkira besarnya, lalu Raja Makota berkata : ’’ Tuan bawalah api dari keperkasaan saya ini ’’. Tuan Tunggang Parangan bergegas ke sungai mengambil air wudhu dan bersembahyang dua raka’at, maka turunlah hujan yant tidak terkira-kira lebatnya menengelamkan negeri Kutai. Berkat Tuan itu : ’’ Jukut Parangan timbullah engkau ’’. 

  Jukut Parangan pun timbul dan berenang kehulu kehilir maka api yang menyala besar itu padamlah. ’’ membuat orang banyak menjadi ketakutan.
  Lalu Tuan itu berkata : ’’ Bagaimana pendapat Raja Makota sekiranya ini menurut kata saya atau tidak ’’.
  Pikir Raja Makota apabila aku tidak menurut binasalah hamba rakyatku dan berkata ; ’’ Baiklah saya menurut perkataan Tuan, akan tetapi saya minta ditangguhkan untuk menghabiskan sisa babi piaraan dan pekasannya didalam tajau.
  Tuan Tunggang Parangan menerima permintaan penangguhan itu dan sementara itu meminta dibangunkan Langgar. Setelah beberapa waktu Langgar pun selesai sudah dan Tuan Tunggang Parangan berpindah kesitu.
  Kira-kira sedap lamanya babi dan pekasannya habis disantap, maka Raja Makota datang ke Langgar memenuhi janjinya menemui Aulia Tuan Tunggang Parangan dan oleh Tuan itu di ajarinya mengucapkan kalimat Syahadah, Rukun Islam dan Rukun Iman. Maka menurutlah Raja Makota serta membawa keteguhan iman ia dengan selamat dan sempurna.
  Tuan Tunggang Parangan membacakan do’a selamat serta dengan tolak balanya semoga kekallah Raja Makota bertahta diatas kerajaan dengan adiknya dibawah ridho ta’ala 
  Setelah demikian itu, maka Raja Makota membawa agama Rasulullah sallalahu alaihi wa’alihi wasallama syahadan diseluruh negeri, yang tidak mau menurut agamanya, ditaklukan lalu di islamkan, demikian tammat al kalam adanya.
  Cucu Raja Makota, Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa (1635-1650) berhasil menaklukan Martapura, kerajaan hindu tertua Indonesia yang sudah berdiri sejak abad ke V masehi.
  Kekuasaan Islam ditanah Kutai mencapai puncaknya adalah pada masa pemerintahan Raja Kutai yang ke VIII masehi, yang menjadikan Kesultanan Kutai menjadi Negara monarkhi berkonstitusi dengan lahirnya undang-undang dasar panji selaten dan undang-undang beraja nanti (sejarah pemerintahan di Kaltim dari masa kemasa,diterbitkan Pemprop Kaltim 1960 )
  Menurut UUD Panji Selaten, kesultanan Kutai berhukum dengan adatnya bersyarak Islam dengan agamanya dan sebelum dinobatkan Raja Kutai bersumpah menurut hokum syarak.
  Dapat dilihat betapa besarnya pengaruh Islam yang dibawakan oleh Tuan Tunggang Parangan terhadap pemerintahan di Kutai pada waktu itu

VI. Mengenai nama mubalik yang datang pertama kali ditanah kutai sudah tercatat dalan sejarah, sehingga tidak ada yang mempersoalkannya. Menurut H.Rosihan Anwar dalam bukunya berjudul ‘Islam dan anda’ (1962 ), para mubalik yang datang dari tanah Bugis ketanah Kutai ialah Syekh Yusuf dan Abdul Kadir chatib. Oleh orang Kutai diberi gelar, unruk Syekh Yusuf. Disebut Tuan Tunggang Parangan dan untuk Abdul Kadir Chatib disebut Tuan di Bandang (D.ADHAM, hal.4) 
  Menurut catatan sejarah Alawiyin dikenal tokoh Habib Hasyim bn Musyayakh bn Abdullah bn Yahya lahir di Tarim Hadralmaut Yaman Selatan, dikenal memiliki pendirian kuat dank keras dalam menegakan syariat Islam.

 Habib Hasyim bn Musyyakh keluar dari Hadralmaut Yaman, megembara di Pulau Jawa Pulau Sumatera kemudian kepulau Sulawesi. Disini Habib Hasyim bertemu dengan seorang ulama berasal Kota tengah kampar Riau yang telah lama menetap di Sulawesi bernama Khotib Tunggal Abdul Makmur bergelar Dato ri bandang. Dari 
Sulawesi Habib Hasyim menuju negeri Matan (Ketapang) Kalimantan Barat. Disini Habib Hasim sebagai seorang ulama dikenal dengan gelar Habibi Tunggang Parangan dan sebutan Si Janggot Merah.

 Diceritakan pula sebelum kedatangan Habib Hasyim di tanah Kutai pada abad ke-16, Islam pernah masuk kepedalaman Kutai dibawa oleh saudagar-saudagar Arab diantaranya Sayyid Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar Al-Marzak ulama dari Minangkabau, rerjadi pada zaman pemerintahan Raja Mahkota (meruhum Berjanggut Kawat). Ulama-ulama tersebut belum berhasil membujuk sang Raja untuk memeluk agama Islam 

 Habib Hasyim, setelah mengislamkan Raja Kutai Raja Mahkota dan dalam penyiaran Agama Islam di tanah Kutai, wafat sekitar tahun 1157 H, bertepatan dengan 1736 Masehi (Sejarah Alawiyin sebagaimana diuraikan oleh Abu Abid Al Qadrie, 2006) 

VII. Tuan Tunggang Parangan wafat di Tanah Kutai dan dimakamkan di tepian batu negeri jahitan Layar sekarang disebut Kutai Lama dipemakaman Raja-raja Kutai Kartanegara.

Samarinda, 04 Maret 2007


(Ario Projo)

Selasa, 29 Juli 2008

UJIAN BAGI SETIAP PENGAKU PENCINTA AHLUL BAIT NABI SAWW

UJIAN BAGI SETIAP PENGAKU PENCINTA AHLUL BAIT NABI SAWW

Hikmah tausiah Isra’Mi’raj kemarin malam: Kesucian hati&jiwa. Pencapaian maqam ini memerlukan tiang-tiang penyangga yaitu : Taqwa. Unsur utama dalam Taqwa adalah taat. 

Pertanyaan:
Mengapa Allah memerintahkan kita untuk taat (walaupun tidak mutlak, tetapi sangat tegas penekanannya) terhadap sesuatu yang memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk melakukan kesalahan? Misal terhadap Orang tua dimana kita tidak boleh menyatakan “ah” kepada mereka.

Kecintaan kepada Ahlulbait SAWW meniscayakan kecintaan kepada segala sesuatu yang berbau Nabi SAWW seperti: Makamnya, Rambutnya, pedangnya, sorbannya, bekas tapak kakinya, dll.

Menurut yang dijelaskan Ust.Ali Umar dalam buku keutamaan dan tanggung Jawab Keturunan Nabi Muhammad SAWW, Al Qurba memiliki arti kerabat, yang bermakna memiliki hubungan Darah dengan Nabi. Dan Mereka (Al Qurba) Wajib dicintai sebagai bentuk upah dari kita (Umat Nabi) kepada Nabi atas penyampaian RisalahNya sesuai perintah Allah SWT dalam Al Qur’an. Dengan penafsiran ini, Al Qurba mencakup Para Sayyid. Berarti masalah kecintaan terhadap sayyid adalah hal yang terang dan jelas.

Yang menjadi masalah :
Yang memberi jalan bagi Harun Al Rasyid sehingga Imam Musa Al Kadzim dipenjara adalah Anak dari sepupu Imam Musa Al Kadzim as.

Yang Merampas harta Imam Hasan Al Askari adalah Sepupunya Sendiri

Yang kesana kemari mengkampanyekan perang terhadap Syiah di Indonesia adalah Sayyid (Thohir Alkaf, dll)

Yang Memerangi Nabi SAWW adalah Pamannya sendiri.

Ada perbedaan yang menyolok dalam mencintai simbol-simbol Nabi SAWW. Bertabarruk terhadap simbol-simbol tersebut juga tidak sama. Bertabarruk kepada Makamnya, Rambutnya, pedangnya, sorbannya, bekas tapak kakinya, dll sangat mudah. Asal kita mau kita bisa bertawassul dan berziarah ke Makam beliau sudah bisa. Apalagi kalau kita punya uang, kita bisa bertabarruk ke Rambut, pedang, dll peninggalan beliau yang tersisa. Begitu juga bertabarruk dengan bertabarruk atau bertawassul kepada A’immah Ahlul Bait. sangat mudah.

Umat Islam sepakat dan tidak ada yang berbeda pendapat dengan kitab al Qur’an. Tidak ada satupun muslim yang berani mengatakan bahwa Al Quran salah atau tidak adil, dll.

Kenapa mereka berbeda pendapat dengan Ahlulbait yang merupakan persamaan Al Qur’an? Missal: Imam Ali dalam perang Shiffin, Imam Husain di Karbala, Imam Hasan yang berdamai dengan Muawiyah, Dll.

Bahkan Rasulullah dalam Hudaibiyah, Perang Uhud, dll.

Salah satu jawabannya adalah karena al Qur’an adalah kitab yang diam. Sebuah kitab terserah setiap orang yang membacanya untuk menafsirkan. Dia tidak akan pernah protes. Lain halnya dengan Al Quran yang hidup, yang bisa berbicara, yang bisa protes, yang bisa mengeksekusi.

Inilah yang menyebabkan timbulnya perbedaan di kalangan umat Islam. Karena ketika Al Quran ditafsirkan bukan oleh yang ahlinya, maka akan timbul banyak pendapat yang berbeda sesuai dengan kadar akal, ilmu dan kepentingan si penafsir. 

Yang lebih berbahaya lagi ketika si penafsir adalah orang yang dikuasai oleh egoisme & kepentingan (merasa paling tinggi, paling berilmu, paling baik, dll). 
Egoisme (cinta dunia) membuat orang dalam memilih perantara menuju Allah, lebih menyukai melalui simbol-simbol yang mati.

Kalau yang pertama tadi karena kebodohan sehingga kalaupun terjadi penyelewengan tidak terlalu berbahaya. Tapi yang ini jauh lebih berbahaya.

Berarti, untuk mencapai sebuah penafsiran yang tepat terhadap ayat-ayat Allah, baik yang termaktub di dalam al Qur’an maupun yang tampak di semesta alam, diperlukan kesucian jiwa. Untuk pengembangannya, menguraikannya pada orang lain, diperlukan Ilmu, Taqwa,

Kesimpulannya: setiap orang yang mengaku sebagai umat Muhammad SAAW. dan mengharapkan Syafaat beliau kelak, wajib menghilangkan egoisme pribadinya ketika dirinya menyatakan untuk berkhidmad kepada Allah

Ujian terbesar terkait sesuatu yang wajib dicintai, Kalau A’immah tidak melakukan kesalahan. Tapi para sayyid, adalah sesuatu yang hidup yang sering kali berbeda pendapat dengan umat dimana mereka seringkali berada pada posisi salah. Bahkan bughot kepada Ahlul bait.

Bagaimana kita menghadapi ini?
Keimanan Para Pengaku pencinta ahlul Bait sedang di uji. Yang berhasil memilahnya akan berhasil. Yang tidak mampu memilah dan menempatkannya dengan tepat akan gagal.